Kamis, 19 Juli 2012
nah , banyak yang bingung nih , kenapa penentuan awal mulai puasa kok berbeda - beda ? mau tau alasannya , ini aku tampilin cara menentukan awal puasa yang biasanya di pake para ulam - ulama :D , dan artikel ini gue kopas dari http://www.kabarislam.com/puasa/cara-menentukan-hisab-awal-ramadhan-1432-h , dan di buatnya udah setahun yang lalu . Jadi maaf ya kalo agak gak nyambung , hehe -_-v . , oke cekidot :) .
Menentukan konjungsi geosentrik
Seperti
biasa, perhitungan dimulai dengan menentukan kapan terjadinya bulan baru (new moon) atau konjungsi geosentrik. Yang
dimaksud dengan konjungsi geosentrik adalah ketika menurut pusat bumi
(geosentrik), matahari dan bulan memiliki bujur ekliptika (dalam koordinat
ekliptika geosentrik) yang sama. (Sebagai catatan tambahan, bujur ekliptika ini
adalah bujur ekliptika yang nampak (apparent) yaitu bujur ekliptika sejati
ditambah dengan faktor koreksi seperti koreksi aberasi dan nutasi.) Disini,
kita akan gunakan lima data perhitungan dari algoritma atau sumber yang
berbeda.
Hasil
perhitungan pertama, fase bulan baru (new moon) dihitung secara langsung
menggunakan algoritma Meeus, maka untuk datangnya bulan Ramadhan ini, konjungsi
geosentrik Insya Allah terjadi pada tanggal 30 Juli 2011 pukul 18:39:47 UT atau
tanggal 31 Juli 2011 pukul 01:39:47 WIB.
Hasil
perhitungan kedua , jika kita gunakan perhitungan bujur ekliptika nampak
geosentrik untuk bulan dan matahari dengan menggunakan algoritma Meeus, kita
peroleh bulan dan matahari keduanya memiliki bujur ekliptika nampak geosentrik
yang sama pada 30 Juli 2011 pukul 18:39:45 UT atau tanggal 31 Juli 2011 pukul
01:39:45 WIB, yang berarti hanya berselisih dua detik dari perhitungan di atas.
Pada waktu tersebut, bujur ekliptika nampak geosentrik bulan dan matahari
adalah 127 derajat 15 menit busur 56 detik busur atau 127:15:56 D:M:S.
Hasil perhitungan ketiga, NASA merilis data fase bulan baru
yang jatuh pada 30 Juli 2011 pukul 18:40 UT (lihat dihttp://eclipse.gsfc.nasa.gov/phase/phase2001gmt.html kemudian lihat data new moon untuk tahun 2011). Hasil
ini tentu saja sama hingga menit terdekat dengan dua perhitungan di atas,
karena NASA juga menggunakan algoritma Meeus.
Hasil perhitungan keempat, Steve Moshier (http://www.moshier.net/) juga menghitung data tabel bulan baru sejak 3000 tahun
sebelum Masehi hingga tahun 3000 Masehi dengan menggunakan algoritma DE406 (http://www.moshier.net/newmoontab.zip). Untuk kejadian ini, bulan baru jatuh pada Julian Day
Ephemeris 2455773.2784 TD atau 30 Juli 2011 pukul 18:40:54 TD. Karena masih
dalam satuan TD (Dynamical
Time), maka jika dikonversi ke UT harus
dikurangi dengan Delta_T untuk tahun 2011 sebesar 67 detik sehingga fase bulan
baru menjadi 30 Juli 2011 pukul 18:39:47 UT. Hasil ini tepat sama dengan hasil
perhitungan fase bulan menggunakan algoritma Meeus di atas.
Hasil
perhitungan kelima, dari software Accurate Times karya Mohamad Odeh, data
fase-fase bulan juga dapat diperoleh. Perlu diketahui, software Accurate Times ini menggunakan
data koreksi VSOP87 untuk matahari dan ELP untuk bulan. Untuk bulan baru yang
kita tinjau kali ini, dengan menggunakan Delta_T = 67 detik, diperoleh fase
bulan baru geosentrik pada 30 Juli 2011 pukul 18:39:47 UT.
Dari lima
data perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa fase bulan baru atau
konjungsi geosentrik jika dibulatkan ke menit terdekat terjadi pada 30 Juli
2011 pukul 18:40 UT atau 31 Juli 2011 pukul 01:40 WIB.
(Sebagai
catatan: konjungsi geosentrik di atas terjadi ketika pusat matahari, pusat
bulan dan pusat bumi berada pada suatu bidang yang sama, dalam hal ini bidang
ini tegaklurus pada bidang ekliptika. Karena itu faktor lokasi di permukaan
bumi tidak berpenngaruh sama sekali pada proses perhitungan di atas. Namun jika
yang ditunjau adalah konjungsi toposentrik, yang berarti pusat matahari, pusat
bulan dan suatu lokasi di permukaan bumi terletak segaris, atau juga berarti
pusat matahari dan pusat bulan memiliki bujur ekliptika toposentrik yang sama
menurut suatu lokasi, maka waktu terjadinya konjungsi toposentrik akan
bergantung dari setiap lokasi. Sebagai contoh, menurut Jakarta (106:51 BT,
06:09 LS, 0 m) konjungsi toposentrik terjadi pada pukul 01:05 WIB sedangkan
menurut Surabaya (112:43 BT, 07:13 LS, 0 m) adalah pukul 00:59 WIB. Disini,
konjungsi toposentrik tidak akan dibahas.)
***
Lunasi dan umur Sya'ban 1432 H
Data fase
bulan baru sebelumnya untuk datangnya bulan Sya'ban 1432 H adalah 1 Juli 2011
pukul 15:54 WIB. Dengan demikian, lunasi bulan untuk Sya'ban 1432 H adalah 29
hari 9 jam 46 menit. Lama lunasi ini sedikit lebih kecil dari rata-rata 1 bulan
sinodik yang besarnya 29 hari 12 jam 44 menit.
Dari
berbagai sumber, 1 Sya'ban 1432 H di Indonesia jatuh pada hari Ahad, 3 Juli
2011. Selanjutnya, hisab serta rukyah akan dilakukan pada tanggal Ahad, 31 Juli
2011 saat maghrib di lokasi-lokasi setempat. Jika hisab dan rukyah menunjukkan
hasil positif pada maghrib 31 Juli 2011, berarti 1 Ramadhan 1432 H jatuh pada 1
Agustus 2011, yang sekaligus menunjukkan bahwa Sya'ban 1432 H berisi 29 hari.
***
Hisab bulan dan matahari
Proses
perhitungan azimuth (arah mata angin) dan altitude (ketinggian dari ufuk)
posisi bulan dan matahari membutuhkan beberapa variabel, yaitu (1) lokasi yang
meliputi bujur geografis, lintang geografis serta ketinggian lokasi dari
permukaan laut, (2) waktu perhitungan, yaitu tahun - bulan - tanggal - jam -
menit - detik. Tahun - bulan - tanggal sudah ditetapkan, yaitu 31 Juli 2011.
Adapun untuk jam - menit - detik, ini bergantung pada kapan akan dihitung. Jika
dihitung pada saat matahari terbenam, berarti waktu matahari terbenam pada 31
Juli 2011 bergantung kepada lokasi di atas. Dengan kata lain, jika sudah
ditetapkan hisab akan dilakukan pada waktu matahari terbenam, berarti
variabelnya adalah tanggal-bulan-tahun serta lokasi tersebut.
Disini,
lokasi yang akan dipilih adalah pantai Parangkusumo, Yogyakarta dengan
koordinat 110:18 BT, 08:01 LS dan 0 meter di atas permukaan laut. Disini
sengaja dipilih lokasi tersebut karena Insya Allah pada tanggal 31 Juli 2011,
penulis bersama-sama dengan komunitas rukyatul hilal di Yogyakarta akan
melakukan observasi hilal di tempat tersebut.
Berikut
ini hasil perhitungan, baik menurut geosentrik maupun toposentrik.
***
Sunset
Pada 31
Juli 2011 di Parangkusumo, matahari Insya
Allah terbenam (sunset) pada pukul 17:38:05 WIB, baik menurut
geosentrik maupun toposentrik. Kondisi yang terjadi pada saat matahari terbenam
adalah ketika ketinggian (true altitude) matahari pada waktu tersebut sama
dengan minus koreksi refraksi dikurangi dengan sudut jari-jari matahari.
Koreksi refraksi / pembiasan atmosfer adalah 34 menit busur atau 00:34:00
derajat, sedangkan sudut jari-jari matahari saat itu adalah 15 menit busur 45
detik busur atau 00:15:45 derajat, sehingga ketinggian (true altitude) matahari
pada saat terbenam di Parangkusumo adalah minus 00:34:00 derajat dikurangi
00:15:45 derajat = minus 00:49:45 derajat. Ketinggian matahari sebesar minus
00:49:45 terjadi pada pukul 17:38:05 WIB.
(sebagai
catatan tambahan, jika ketinggian lokasi tidak nol atau sama dengan h bersatuan
meter, maka true altitude matahari saat terbenam = minus koreksi refraksi
dikurangi dengan sudut jari-jari matahari dikurangi 0.0347*h^(1/2). Tanda * dan
^ masing-masing menunjukkan perkalian dan pangkat. Artinya saat matahari
terbenam, true altitude matahari untuk ketinggian h di atas permukaan laut
bernilai lebih rendah daripada true altitude matahari di permukaan laut.
Sehingga, matahari terbenam lebih terlambat jika diamati di ketinggian tertentu
dibandingkan dengan di permukaan laut.)
***
Moonset
Pada 31
Juli 2011 di Parangkusumo, bulan Insya Allah terbenam (moonset) pada pukul
18:09:23 WIB, baik menurut geosentrik maupun toposentrik. Kondisi yang terjadi
pada saat bulan terbenam adalah ketika ketinggian (true altitude) bulan pada
waktu tersebut sama dengan minus koreksi refraksi ditambah dengan 0.7275*sudut
paralaks bulan. Sudut paralaks bulan saat itu adalah 59 menit busur 23 detik
busur atau 00:59:23 derajat, sehingga ketinggian (true altitude) bulan pada
saat terbenam di Parangkusumo adalah minus 00:34:00 derajat + 0.7275*(00:59:23)
derajat = positif 9 menit busur 7 detik busur = 00:09:07 derajat.
Selanjutnya,
waktu moonset di Parangkusumo dibulatkan ke menit terdekat, yaitu pukul 18:09
WIB
(sebagai
catatan tambahan, jika ketinggian lokasi tidak nol atau sama dengan h bersatuan
meter, maka true altitude bulan saat terbenam = minus koreksi refraksi ditambah
dengan 0.7275*sudut paralaks bulan dikurangi 0.0347*h^(1/2).)
***
Catatan tentang Sunset dan Moonset
Meeus
menulis dalam bukunya Astronomical Algorithm bahwa terbit dan terbenamnya
matahari dipengaruhi oleh faktor pembiasan atmosfer. Efek pembiasan ini
bergantung pada temperatur di permukaan bumi, serta tekanan atmosfer. Ternyata
pembiasan juga bergantung pada panjang gelombang cahaya matahari. Karena itu
koreksi atmosfer sebesar 34 menit busur sebenarnya merupakan pendekatan saja.
Ditambah lagi dengan penelitian Schaefer dan Liller tentang fluktuasi pembiasan
di dekat horison sebesar 0,3 derajat, maka Meeus menulis, "it should be
mentioned here that giving rising and setting times of a body more accurately
than to the nearest minute makes no sense." Maknanya adalah ketelitian
dalam menentukan waktu terbit dan terbenam suatu benda langit tidak lebih dari
menit terdekat. Secara teori memang kita bisa menghitung hingga dalam satuan
detik, tetapi itu tidak ada maknanya (makes no sense) karena banyaknya
ketidakpastian seperti tersebut di atas. Karena itu dalam menentukan kapan
matahari dan bulan terbit atau terbenam, pada akhirnya secara fisis kita mesti
menentukannya hingga menit terdekat, bukan detik.
***
Umur bulan saat Sunset dan Selisih Moonset dan Sunset
Selanjutnya
kita bulatkan ke menit terdekat untuk waktu sunset di Parangkusumo, yaitu pada
pukul 17:38 WIB. Karena konjungsi geosentrik terjadi pada pukul 01:40 WIB, maka
umur bulan saat sunset sama dengan waktu sunset dikurangi waktu konjungsi
geosentrik sama dengan 15 jam 58 menit.
Selanjutnya
Selisih Moonset dan Sunset adalah Waktu Moonset dikurangi Sunset = 18:09 -
17:38 = 31 menit.
***
Data matahari dan bulan saat sunset
Meskipun
waktu sunset (dan moonset) telah dibulatkan hingga menit terdekat, untuk
sementara ini data azimuth dan altitude matahari dan bulan masih ditulis hingga
detik busur terdekat. Pada akhirnya hasilnya nanti akan dibulatkan.
Saat
sunset di Parangkusumo, azimuth geosentrik dan true altitude geosentrik
matahari berturut-turut adalah 288:21:25 derajat dan minus 00:49:45 derajat,
sedangkan azimuth geosentrik dan true altitude bulan geosentrik berturut-turut
adalah 283:08:48 derajat dan positif 07:26:05 derajat. Dengan demikian selisih
azimuth geosentrik adalah 05:12:36 derajat, sedangkan selisih altitude
geosentrik adalah 08:15:50 derajat. Dapat dihitung pula besar sudut elongasi
geosentrik antara bulan dan matahari saat sunset sebesar 09:45:44 derajat.
Selanjutnya, besar iluminasi geosentrik bulan saat sunset adalah 0,73%.
Sementara
untuk hasil toposentrik, azimuth toposentrik dan true altitude toposentrik
matahari berturut-turut adalah 288:21:25 derajat dan minus 00:49:54 derajat,
sedangkan azimuth toposentrik dan true altitude bulan toposentrik
berturut-turut adalah 283:08:45 derajat dan positif 06:27:05 derajat. Dengan
demikian selisih azimuth toposentrik adalah 05:12:39 derajat, sedangkan selisih
altitude toposentrik adalah 07:17:00 derajat. Dapat dihitung pula besar sudut
elongasi toposentrik antara bulan dan matahari saat sunset sebesar 08:56:59
derajat. Selanjutnya, besar iluminasi toposentrik bulan saat sunset adalah
0,61%.
Disini,
sudut elongasi adalah besarnya sudut pemisah antara pusat matahari dengan pusat
bulan. Semakin besar sudut elongasi, maka bulan akan semakin mudah terlihat
saat sunset. Sementara iluminasi adalah perbandingan antara luasan cakram bulan
yang memantulkan cahaya matahari dengan luasan cakram total. Saat bulan baru,
iluminasi = 0 %, sedangkan saat bulan purnama, iluminasi = 100 %. Semakin besar
iluminasi, semakin mudah pula bulan akan terlihat.
Dari data
di atas, nampak bahwa azimuth toposentrik tidak jauh berbeda dengan azimuth
geosentrik, baik untuk matahari maupun bulan. Adapun altitude toposentrik
matahari bernilai 9 detik busur lebih rendah daripada azimuth geosentrik
matahari, dimana 9 detik busur ini adalah sudut paralaks matahari. Sedangkan
altitude toposentrik bulan bernilai sekitar 59 menit busur lebih rendah
daripada altitude geosentrik bulan, sebab nilai tersebut bersumber dari sudut
paralaks bulan sebesar 59 menit 23 detik busur. Perlu diketahui bahwa sudut
paralaks suatu benda langit merupakan perbandingan antara jari-jari bumi dengan
jarak bumi ke benda langit tersebut.
Selanjutnya,
selisih azimuth toposentrik dapat dikatakan hampir sama dengan selisih azimuth
geosentrik, yaitu sekitar 5,2 derajat. Sedangkan selisih altitude toposentrik
sekitar 7,3 derajat adalah lebih kecil sekitar satu derajat dari selisih
altitude geosentrik sekitar 8,25 derajat. Akhirnya, sudut elongasi toposentrik
adalah sekitar 8,85 derajat, bernilai sekitar 0,9 derajat lebih kecil daripada
sudut elongasi geosentrik yang bernilai sekitar 9,75 derajat.
Copyright ©
AldinoHaPe
| Powered by
Blogger
Design by
Flythemes
| Blogger Theme by
NewBloggerThemes.com
0 komentar:
Posting Komentar